Pendiri Kami

Beata Clara Fey mendirikan Kongregasi Para Suster PIJ (“Pauperis Infantis Jesu” dalam bahasa latin yang artinya “Kanak-kanak Yesus yang Miskin”) di kota Aachen, Jerman pada tanggal 2 Februari 1844.

Clara merasa tertarik akan hidup doa dan keheningan. Tuhan membimbingnya melalui mimpi ketika berusia 11 tahun. Dalam mimpinya, ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang ramah dan sangat miskin. Anak kecil itu memandang Clara dan memohon belaskasihan kepadanya. Clara spontan membuka dompet kecilnya untuk memberinya derma. Namun, sebelum derma itu diberikan, anak laki-laki kecil itu berkata: “Saudaraku banyak yang miskin”. “Di mana rumahmu?” tanya Clara. Anak itu tidak menjawab. Dengan mata bersinar, ia mengangkat telunjuknya ke atas, ke surga. Maka, tercenganglah Clara, lalu bertanya, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Akulah, Anak Yesus yang Miskin”.

Saudara-saudara Clara sering membicarakan masalah sosial dengan beberapa imam yang mereka kenal baik. Masalah itu timbul karena berkembangnya industri di Aachen. Pembicaraan-pembicaraan di waktu malam di rumah orang tuanya itu membantu Clara mengenal panggilannya yang sesungguhnya. Waktu itu banyak anak-anak yang keadaannya sangat menyedihkan. Di antara mereka ada yang bekerja di pabrik selama 12 sampai 14 jam sehari, ada yang menjadi besar di lorong-lorong tanpa pemeliharaan, pendidikan maupun pelajaran. Penderitaan anak-anak itu sangat menyentuh hati Clara.

Pandangan mata anak kecil dalam mimpinya yang mohon belaskasihan itu melekat di hati Clara dan menjadi benih yang mempersiapkan tumbuhnya panggilan tugasnya kelak. Mimpi ini menentukan karya kerasulan yang ada sampai sekarang ini. Kasih sejati tidak menarik diri terhadap mereka yang jelek, kotor, cacat dan melarat. Kanak-kanak Yesus dilihatnya dalam diri anak-anak yang miskin dan terlantar.

Didukung oleh beberapa imam bersama teman-teman yang mempunyai pandangan yang sama, Clara membaktikan segenap tenaga dan kekayaannya untuk menolong anak-anak tersebut. Di bawah pimpinan Clara muncullah “sekolah kecil” dan rumah yatim piatu yang pertama.

Pada tahun 1844 didirikanlah kongregasi baru bagi Clara dan teman-temannya yang mengumpulkan dan mendidik anak-anak miskin dan terlantar di Aken. Dengan cepat kelompok yang merasul itu berkembang menjadi suatu persekutuan hidup membiara yang baru, di mana semakin banyak orang-orang muda menggabungkan diri.

Kulturkampf yang melanda Jerman pada saat itu memaksa para suster untuk meninggalkan tanah air. Namun Tuhan menggunakan cara ini untuk meluaskan kerasulan Kongregasi. Banyak biara dan karya kerasulan untuk pendidikan anak-anak dan kaum muda didirikan di berbagai belahan dunia.
Sampai saat ini, meskipun Clara telah meninggal pada tahun 1894, tetapi semangat yang sama masih dihidupi oleh para suster penerusnya. Dalam upaya untuk menanggapi keadaan setempat, para suster di pelbagai daerah di dunia membaktikan tenaganya terutama di mana anak-anak dan kaum muda memerlukan bantuan. Mereka menunaikan tugas itu dengan seluruh hidup, karya, dan doanya.

Ada tiga kekhasan yang menjadi budaya hidup kami, yaitu kegembiraan, kasih persaudaraan, dan kesederhanaan yang mengalir dari nama yang kami sandang, yaitu Kanak-kanak Yesus yang Miskin. Budaya ini juga kami lambangkan dalam jubah cokelat muda yang kami kenakan di Indonesia sebagai simbol kesederhanaan. Kami terus mengupayakan untuk melanjutkan misi pendiri kami dengan menghantar anak-anak dan kaum muda sesuai dengan situasi zaman ini.

Scroll to Top