Komunitas PIJ Batu (23 November 1935)

SEJARAH SINGKAT KOMUNITAS

Setelah tiga tahun para Suster Misionaris Sang Timur tinggal di bumi Indonesia, khususnya di Pasuruan, mereka mengembangkan sayapnya di kota dingin Batu. Suster Misionaris yang tinggal di Batu adalah Sr. Francisca Yosefa PIJ, Sr. Anna Lamberta PIJ, Sr. Hildegarda PIJ dan Sr. Yosefa Cornelia PIJ. Kiranya nama-nama mereka hingga kini melekat di hati umat Batu, karena kesetiaan dan kedekatannya dengan masyarakat lebih-lebih mereka yang miskin.

Biara Sang Timur Batu, asal mulanya sebagai rumah liburan bagi keluarga Tionghoa yang disewakan untuk umum. Rumah ini diapit kebun kopi (sekarang SDK dan SMAK). Rumah ini memiliki tiga ruang. Dua ruang dipakai untuk sekolah/kelas dengan kapasitas 50 anak, tetapi hari Minggu digunakan untuk misa umat paroki. Satu ruang untuk pengakuan dosa. Para suster menempati paviliun yang sekarang berkembang sebagai asrama putra.

Tanggal 23 November 1935, rumah biara dan sekolah diberkati oleh Mgr. Albers O’Carm, Uskup Malang saat itu, didampingi oleh Pastor Dilmans dan Pastor Wonters, Pastor Paroki Batu. Biara yang telah diberkati ini menjadi rumah kedua sejak Suster PIJ hadir di Indonesia.

Hari pertama sekolah, Sr. Anna Lamberta mulai mengumpulkan anak usia TK dan mengajar mereka. Jumlah murid pertama yang terkumpul pada saat itu 19 anak. Beberapa hari kemudian menjadi 35 anak dan terus berkembang menjadi 102 anak. Pada tahun itu juga (1935) di kapel kami terlaksana pembaptisan pertama umat paroki Batu, yaitu tuan Roserquist usia 75 tahun dan Mientje Kwee usia 8 tahun.


Masa Jepang Masuk Indonesia (1943)

Pada tanggal 30 September 1943, suasana genting mencekam, menakutkan dan tegang menyelimuti para penghuni biara Susteran Sang Timur. Pada tanggal tersebut para suster menerima instruksi bahwa semua suster harus meninggalkan biara menuju Malang. Mereka sibuk menyelamatkan barang-barang yang mungkin bisa diselamatkan terutama hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan rohani. Tabernakel kapel susteran sempat disegel oleh tentara Jepang. Rumah biara ditinggalkan begitu saja dalam keadaan kosong, tidak ada yang menjaga dan tidak ada yang merawat. Kegiatan sekolah yang sudah mulai dirintis dihentikan. Semua dipasrahkan ke dalam tangan Tuhan Sang Maha Penyelenggara.

Pada tanggal 1 Oktober 1943, Jumat pertama dalam bulan, suster-suster meninggalkan Batu. Juga beberapa suster pribumi, antara lain Sr. Redempta, Sr. Veronika, Sr. Maria Benedict, Sr. Pasifika Maria. Mereka mengungsi dan menyelamatkan diri di biara Suster Ursulin. Sedangkan suster-suster misionaris dari Belanda menempati rumah tahanan Jepang di jalan Buring 17 Malang.


Iman Mendalam dan Perlakuan Selama Tahanan Jepang

Para Suster PIJ bersama para penghuni lain dari beberapa tarekat (Ursulin, SPM, Darah Mulia, dan Karmelit) mendapat tekanan yang keras dari tentara Jepang. Rumah tahanan selalu terbuka, baik pagi, siang dan malam, agar tentara bisa leluasa keluar masuk tahanan. Semua barang berharga diambil, namun di tengah tekanan itu diperbolehkan melakukan kegiatan tulis menulis, menyanyi, berdoa dan bermain musik. Mereka tetap tabah dan kuat. Terdorong kerinduan untuk senantiasa bersatu dengan dengan Tuhan, mereka secara sembunyi-sembunyi melakukan doa, misa pribadi dan pentahbisan. Mereka dapat saling bekerjasama dalam suka dan duka selama berada di tahanan. Tanggal 10 Desember 1943 para suster meninggalkan tahanan tentara Jepang.


Sesudah Kemerdekaan RI

Setelah beberapa tahun aktivitas sekolah dihentikan, para suster melihat, mendengar serta menyaksikan banyak kerinduan dari anak-anak untuk memperoleh pendidikan dan kembali ke sekolah lagi. Maka pada tanggal 31 Juli 1948 sekolah dibuka kembali. Para suster dibantu dengan beberapa guru dengan semangat baru mulai berkarya lagi di antara anak-anak untuk melanjutkan visi dan misi Ibu Clara Fey.

Karya pendidikan berkembang hingga sampai sekarang dalam suka dan duka, dalam gagal dan keberhasilan. Dalam setiap situasi, selalu ada keyakinan bahwa Tuhan berpihak pada kita. Karya terakhir di komunitas Suster Sang Timur Batu adalah asrama putra yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1960.


UNIT KARYA YANG ADA DI KOMPLEKS/KOMUNITAS

Unit karya yang ada di kompleks Sang Timur Batu pada tahun 2024 terdiri dari TKK, SDK dan Daycare, sedangkan asrama sudah vakum selama 3 tahun.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top