Devosi kepada Sakramen Mahakudus

Dalam undangan: “Manete in me” dan janji Tuhan: “et ego in vobis” (Yohanes 15, 4), ditemukan spiritualitas utama Clara Fey, pendiri Kongregasi PIJ (Pauperis Infantis Jesu, Kanak-kanak Yesus yang Miskin). Pendiri PIJ yang lahir di Aachen 11 April 1815 dan meninggal 8 Mei 1894 ini, menyadari “berdiamnya Allah” dalam dirinya sebagai sumber utama kekuatan panggilannya dan merekomendasikannya itu kepada saudari-saudari PIJ dan seluruh umat beriman agar “manete in me” menjadi dasar spiritualitas kehidupan kristiani.

Kita diundang untuk “Tinggal di dalam Tuhan”, yang oleh cinta-Nya telah menjadi Daging dan diam di antara kita. Dengan „Tinggal bersama Dia“, kita pun akan mengalami kebaruan oleh Roh-Nya dan Dia pun akan diam di dalam kita.

Manete in me, undangan Tuhan untuk tinggal di dalam Dia ini, dijawab oleh Clara Fey secara khusus dalam devosi agungnya kepada Sakramen Mahakudus.

Clara Fey mengamini bahwa setelah sakramen-sakramen, devosi kepada Yesus yang hadir di dalam Sakramen Mahakudus adalah kesalehan utama dari semua latihan rohani.

Dalam suratnya kepada Pastor Sartorius pada 23.11.1849, Clara Fey menulis: “Aku sadar, dalam setiap detak waktu yang terdengar di telingaku, adalah peringatan dari Tuhan, untuk melihat ke dalam diri dan memberikan salam kepada-Nya, karena Dia sangat setia mendampingi di setiap waktu hidupku.”

Memberikan salam kepada Dia setiap waktu, ditunjukkan oleh Clara Fey dalam kunjungannya ke Sakramen Mahakudus.

Dalam teologi dan filsafat Kristen kita mengenal 3 kebajikan teologal atau disebut kebajikan ilahi: iman, harap dan kasih. Kebajikan ini adalah kualitas karakter, yang tidak diperoleh oleh usaha manusia sendiri tapi karena rahmat Tuhan yang “menanam”-nya di dalam diri setiap kita. Rahmat ilahi inilah yang menerangi budi kita dan memampukan setiap kita memperoleh keselamatan.

Tiga kebajikan ilahi ini, ditemukan kembali dalam jejak spiritualitas Clara Fey, terkhusus dalam devosi kepada Sakramen Mahakudus.

1. Iman – Glaube

Clara Fey menyadari pentingnya iman untuk memahami karya Ilahi dalam misteri inkarnasi dan dalam misteri roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dalam Sakramen Mahakudus kehadiran Tuhan dilihat oleh Pendiri PIJ ini sebagai “keajaiban yang tak terucapkan”.

Alangkah bahagianya setiap kita, karena setiap hari kita diundang “tinggallah di dalam Aku”, kita diundang untuk melihat Dia, mengalami sentuhan kasihNya dan percaya kepadaNya, kepada Dia yang bersemayam di Tabernakel, Dia yang bertakhta di atas altar kudus.

Dan ketika berada di depan Sakramen Mahakudus, seperti Yesus yang menggugat iman Marta, demikian juga kita dihadapkan dengan pertanyaan yang sama: “Percayakah engkau akan hal ini?” Marta mengucapkan credo-nya: “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Kristus, Putra Allah yang hidup, yang telah datang ke dalam dunia” (Yoh. 11:26).

Seperti Marta kita pun dituntut untuk memberikan credo kita kepada Tuhan, terkhusus iman akan kehadiran Tuhan dalam Sakramen Mahakudus. Clara Fey mengatakan: “Kalau iman kita akan Sakramen Mahakudus sungguh-sungguh hidup, maka kita dalam segalanya akan dibantu olehnya.” Sebab “Tuhan yang sama, dengan cinta yang sama” ada dalam Sakramen Mahakudus.

Karena itu Clara Fey mengundang setiap kita: “Biarkan kita didorong, dirasuki oleh iman ini.” Karena iman melampaui akal budi, iman adalah misteri, “mysterium fidei”. Sebab, kata Clara Fey, mata bisa menipu, tapi Sabda Tuhan adalah kebenaran kekal.

2. Kepercayaan, Pengharapan -Vertrauen

Kebajikan Ilahi kedua dalam Sakramen Mahakudus, menurut Clara Fey adalah kepercayaan. Kepercayaan bukan sebuah pengharapan yang semu, tapi akan mendapat kepenuhan oleh iman kepada “Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia”. Setiap kita bisa mempercayakan semua kisah hidup kita kepada Dia, karena seperti kepada Maria dalam perkawinan di Kana, Ia setiap saat bertanya juga kepada kita: “Mau apakah engkau dari pada-Ku?” (Yoh. 2,1-11).

Bagaimana kita melatih atau mendalami spiritualitas kepercayaan, pengharapan ini?

Clara Fey mengajak kita: “Temukan Tuhan dalam Sakramen Mahakudus dan sampaikan segala permohonanmu ke hadirat-Nya. Jika kita sakit, Dialah penyembuh ajaib. Jika kita kelaparan, Dialah yang memberi kita roti hidup. Jika kita kelelahan, dalam Dia yang selalu menyepi dari kegaduhan dunia, kita temukan ketenangan. Jika kita mengalami kesulitan, kita menemukan Dia yang memberi kita jalan keluar dan kekuatan. Jika kita dipenuhi oleh beban hidup, kita menemukan Dia yang telah memikul setiap beban penderitaan kita, agar kita dimudahkan menjalani jalan salib kehidupan ini.”

Jika kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan, yang ada dalam Sakramen Mahakudus, kita akan mengalami kemurahan kasih-Nya. Ya, Tuhan dalam Sakramen Seagung ini akan berkarya di atas jiwa yang percaya kepada-Nya. Sebab, “siapa yang makan Tubuh-Ku, ia akan hidup” (Yoh. 6:58). Tuhan yang kita sambut, „Dialah hidup kita, kebangkitan kita“ (Yoh. 11:25). Melalui kuasa-Nya, kekuatan-Nya, kita dimampukan untuk melewati padang gurun kehidupan ini sampai kita tiba di gunung Tuhan (3 Raj. 19:8).

3. Cinta – Liebe

Iman dan harap, kata Clara Fey, mendapat mahkota kepenuhannya dalam cinta. Clara Fey memahami cinta sebagai seni kekudusan; dan mengakui bahwa dalam Sakramen Mahakudus kita terlebih dahulu mengenal dan merasakan Allah yang adalah cinta.

Alangkah indahnya menemukan cinta Allah dalam diri PuteraNya: Sabda, yang melalui-Nya segala sesuatu dijadikan dari segala yang dijadikan (Yoh. 1:3), Sabda yang menjadi daging dan mengambil rupa manusia yang miskin, Sabda yang mengundang kita untuk tinggal di dalam Dia, yang karena cinta memberi kita Tubuh dan Darah-Nya sebagai santapan rohani. Keterpesonaan cinta Allah ini tidak hanya untuk dikagumi, tapi kita mesti menjawabnya dengan cinta yang sama.

Clara Fey mengajak setiap kita untuk menginstrospeksi diri: “Pernahkah saya bertanya kepada jiwa saya, mengapa saya menyambut Tubuh dan Darah-Nya, mengapa saya duduk di meja perjamuan bersama-Nya?”

Apakah kita juga sesuara menjawabnya karena cinta? Atau mungkinkah kita mengakui dengan jujur: jiwaku sering membeku, aku terlalu sedikit mencinta, aku lesu dan hatiku tidak terdorong oleh cinta-Nya?

Kalau demikian adanya, Clara Fey mengundang kita untuk mulai belajar tentang cinta dan membiarkan jiwa kita dibakari oleh api cinta Tuhan dan Guru kita, Yesus Kristus, sehingga setiap kita layak menjadi pengantara cinta, utusan cinta dari Sang Cinta.


Seluruh refleksi tentang kehadiran Tuhan dalam Sakramen Mahakudus mungkin mengundang tanya dari setiap kita: “Bagaimana Allah hadir dalam rahasia iman dan cinta ini? Ya, Tuhan sesungguhnya, senyata-nyatanya, tapi juga penuh misteri, penuh kekudusan ilahi ada dalam Sakramen Mahakudus. Tuhan ada di sana, seperti jiwa kita yang hidup dalam seluruh raga kita, tapi dia tetap roh. Begitu juga dengan Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

Misteri agung ini telah membentuk spiritualitas dan panggilan hidup seorang Clara Fey. Sakramen “Cintakasih” ini telah mengundang Ibu Pendiri untuk setiap waktu, siang dan malam, mengunjungi Dia. Di sana Clara Fey bersembah sujud, dari sanalah Clara Fey menimba kekuatan dan dalam keheningan ia berdoa bagi “anak-anak” rohaninya, bagi kita semua, ia mempersembahkan kita kepada Bapa di Surga dan berharap agar kita semua, di mana saja kita berada, kemana saja kita diutus, terus dibakari oleh api cinta-Nya.

Jangan palingkan wajahmu dari hadirat Tuhan yang Mahakudus, dan biarkan akalmu, hatimu, jiwamu, dalam setiap detak nadi kehidupanmu, mengalami dan dibarui oleh cinta-Nya.

„Manete in Me, tinggallah dalam Aku!“

Sumber: Buku Übung

Scroll to Top